Portalborneo.or.id, Samarinda – Kepala Puskesmas Sempaja Kota Samarinda, Irama Fitamina mengakui, pihaknya kerap kali menemukan berbagai kondisi selama menghimpun data anak-anak yang berpotensi stunting. Hal ini menyebabkan penanganan stunting pun tidak bisa disamaratakan kepada tiap keluarga.
Menurutnya, pengumpulan data dilakukan karena permasalahan stunting itu beragam. Bukan hanya mengenai pemberian makanan tambahan saja, bukan hanya soal kemiskinan atau masalah sanitasi. Akan tetapi, persoalan stunting sangat kompleks sekali.
Di wilayah Sempaja itu sendiri. Irama membeberkan, pihaknya banyak menemukan kasus stunting yang tidak berkaitan dengan masalah kemiskinan. Malah, keluarga berpotensi stunting tersebut memiliki kemampuan finansial yang stabil.
“Jadi beberapa waktu lalu, ada organisasi yang ingin memberikan bantuan pada anak stunting di Wilayah Sempaja. Kami kesulitan mencari yang tidak mampu, karena sebagian besar penderita stunting adalah anak-anak mampu. Tapi mengapa mereka menderita stunting, rupanya karena pemberian pola asuh yang jelek,” bebernya.
Irama menilai, masih banyak orangtua yang tidak memiliki pengetahuan cukup perihal pola asuh kepada anak yang benar. Orang tua masih belum paham dalam memberikan gizi yang baik kepada anak.
“Kadang-kadang masalah stunting ini bukan karena orang tua tidak punya, tapi karena tidak tahu. Ibunya tidak tahu mana makanan yang bergizi, mana yang bisa meningkatkan kesehatan anaknya,”lanjutnya.
Melihat kondisi tersebut, Puskesmas Sempaja lebih memperbanyak pendampingan dan penyuluhan mengenai pola asuh dan tata cara pemberian gizi yang benar kepada orang tua.
“Setelah diberi pendampingan, penyuluhan dan sebagainya. Mereka berterima kasih, kata mereka ‘saya baru tahu ternyata begini cara memberi makan anak yang benar’. Sosialisasi itu penting agar orang tua tahu mana pola asuh yang benar, dan mana pola asuh yang salah,”tandasnya.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/ADV/Sya*)