Portalborneo.or.id, Samarinda – Air Susu Ibu (ASI) merupakan asupan gizi utama dan paling pertama yang dikonsumsi oleh bayi. Jika ASI tidak dikonsumsi selama 6 bulan penuh, maka anak berpotensi mengalami stunting.
Banyak ditemukan bayi diberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Lantaran, banyak ibu yang merasa jumlah ASI sedikit atau tidak cukup untuk memenuhi gizi anak.
Anggapan tersebut ditepis oleh Sub Koordinator Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda, Rudy Agus Riyanto. Jumlah ASI tidak mungkin tidak cukup.
“ASI itu sesuai kebutuhan. Sesuai umurnya. Jadi kalau dibilang tidak cukup, banyak ibu-ibu membandingkan anaknya umur baru lahir dengan anaknya umur 3 bulan, kok produksi nya berlebihan. Padahal lambung ketika baru lahir hanya sebesar kelereng. Jadi kebutuhannya (ASI) ya sebesar kelereng. Karena sesuai kebutuhan,”jelas Rudy.
ASI diproduksi melalui isapan bayi. Apabila ibu ingin ASI anak sesuai dengan kebutuhan, maka rajinlah menyusui. Minimal bayi disusui 8 hingga 10 kali dalam sehari.
“Makanya ada inisiasi menyusu dini. Begitu lahir, langsung ditaruh di dada ibu. Tujuannya bukan untuk menuju puting payudara, tetapi mencapai ikatan batin ibu dan bayi. Kalau ikatan batinnya kuat, hormon oksitoksinnya muncul. Di situ, ASI bisa mengalir dengan baik,”paparnya.
Namun apabila ibu masih khawatir dengan ASInya, Rudy menjawab tidak perlu takut. Para ibu bisa melakukan konsultasi ke Puskesmas. Dimana, Dinkes Samarinda telah menyiapkan konselor menyusui. Apapun pertanyaan terkait ASI, semua ada jawabannya.
“Jangan dengar bisikan-bisikan negatif, tapi datanglah ke puskesmas,”pintanya.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/ADV/Sya*)