Akupedia.id, TENGGARONG – Daya tarik utama dari Museum Kayu Tuah Himba adalah koleksi sepasang buaya muara yang telah diawetkan. Buaya ini pernah memangsa dua warga yang tubuhnya ditemukan di dalam perut mereka.
Buaya pertama, Buaya Sangatta, adalah buaya jantan berusia 70 tahun dengan panjang 6,80 meter dan berat 850 kilogram. Buaya kedua, Buaya Muara Badak, adalah betina berusia 60 tahun dengan panjang 5,2 meter dan berat 450 kilogram.
“Kedua buaya ini ditangkap oleh warga setelah memangsa dua orang di tahun yang sama, hanya berbeda bulan. Setelah itu, buaya-buaya ini diawetkan dan dipamerkan di museum,” ujar Koordinator Lapangan Museum Tuah Himba Tenggarong, Sophyan Hadi.
Selain buaya, museum ini juga memiliki berbagai koleksi sejarah, termasuk catatan tentang buaya yang pernah memangsa warga sejak tahun 1996. Catatan-catatan ini berupa potongan berita koran yang tergantung di dinding museum.
“Kami juga memiliki banyak catatan sejarah Kutai, rumah adat Kutai, dan barang antik bersejarah dari Kutai,” tambah Sophyan.
Museum Kayu Tuah Himba juga menampilkan lempengan kayu kapur berdiameter sekitar 60 cm serta berbagai kerajinan berbahan kayu seperti lampu taman, kursi, perabot rumah, alat penangkap ikan, ukiran khas Kutai dan Dayak, dan banyak lagi.
Konon, semua koleksi kayu di museum ini dihuni oleh makhluk gaib. Banyak pengunjung yang mengalami kesurupan saat berada di dalam museum.
“Menurut cerita, semua barang di sini dihuni oleh makhluk astral. Bahkan ketua paranormal seluruh Indonesia mengatakan bahwa tempat ini adalah terminal bagi makhluk gaib, terutama di sore hari. Tempat ini dianggap sebagai sarangnya buaya gaib,” jelasnya.
Oleh karena itu, pengunjung dilarang bersikap sembarangan dan berkata tidak pantas saat berkunjung, karena bisa berimbas pada diri mereka sendiri.
“Secara tertulis tidak ada larangan, tetapi berdasarkan pengalaman, pengunjung yang berkata kurang baik sering mengalami kesurupan,” tutupnya.
Penulis : Reihan Noor