Portalborneo.or.id – Rusia beri isyarat akan segera mengakhiri perang di Ukraina.
Hal ini diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergey Lavrov, saat berada di Istana Itamaraty Brasil, di mana negaranya kini tertarik untuk menyelesaikan perang.
“Jelas bahwa kami tertarik untuk melihat konflik Ukraina berakhir secepat mungkin,” kata Lavrov, dilansir dari CNBC.
Kendati demikian, tak ada keterangan lain yang disampaikan Lavrov soal keinginan Rusia mengakhiri perang.
Lavrov hanya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Brasil atas pemahaman mereka yang luar biasa tentang situasi konflik di Ukraina, dan mengatakan Rusia berterima kasih atas berkontribusi Brasil dalam mencari solusi.
“Hari ini kami berbicara (dengan rekan Brasil kami) dalam konteks mengingat bahwa masalah seperti itu harus diselesaikan tidak hanya untuk saat ini, tetapi berdasarkan perjanjian jangka panjang, yang akan didasarkan terutama pada prinsip multilateralisme dan memperhatikan kepentingan keamanan semua negara tanpa kecuali. Ini adalah prinsip keamanan yang tidak dapat dipisahkan,” tambahnya.
Sementara itu, Menlu Brasil, Mauro Vieira menegaskan kembali sikap Brasil dalam berkontribusi pada solusi damai atas konflik tersebut.
Ia mengingatkan, manifestasi Presiden Lula da Silva dalam mengupayakan pembentukan kelompok negara sahabat untuk menengahi negosiasi antara Rusia dan Ukraina termasuk sikap Brasil terhadap sanksi sepihak.
“Langkah-langkah seperti itu, selain mendapat persetujuan dewan keamanan PBB, juga berdampak negatif pada ekonomi di seluruh dunia, dan khususnya di negara-negara terbelakang, yang sebagian besar belum sepenuhnya pulih dari pandemi,” kata Vieira.
Ukraina sendiri telah berulang kali mengatakan bahwa perdamaian dalam konflik tersebut hanya akan tercapai jika Rusia memulihkan perbatasan negaranya.
“Perdamaian sejati berarti memulihkan perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional. Kedamaian sejati berarti tanah air yang aman bagi orang-orang yang menjadi sasaran di Krimea Ukraina,” kata Menlu Ukraina Dmytro Kuleba dalam pidato minggu lalu di Konferensi Keamanan Laut Hitam di Bucharest.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan “Operasi Khusus Militer” ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Invasi dilakukan untuk menurunkan kemampuan militer negara tetangga selatannya serta membasmi orang-orang Ukraina yang disebutnya nasionalis berbahaya layaknya Nazi.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/Dzl)