Portalborneo.or.id, Tenggarong – Ratusan nelayan di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur berlayar ke Perairan Selat Makassar.
Mereka berlayar untuk melarungkan sesajen sebagai wujud syukur atas keselamatan dan hasil laut melimpah yang mereka peroleh.
Puluhan kapal nelayan berkumpul bersama-sama untuk bertolak dari pesisir Kelurahan Kuala Samboja menuju Selat Makassar. Prosesi melarung ini memakan waktu kurang lebih satu jam setengah.
Usai melarung, masyarakat nelayan di Kecamatan Samboja kembali ke pesisir dan melanjutkan dengan prosesi belimbur selama satu jam.
Belimbur merupakan tradisi saling menyirakan air yang sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Kutai Kartanegara.
Seluruh rangkaian tersebut dibalut dalam agenda “Pesta Laut Pesisir Nusantara”. Festival ini disambut antusias oleh seluruh nelayan dan masyarakat.
Ini merupakan festival tahunan yang selalu digelar, karena sudah menjadi tradisi warisan leluhur. Bahkan terlihat sejumlah pejabat turut serta dalam festival ini.
Di antaranya ada Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin, Sekretaris Dinas Pariwisata Kukar Sugiarto, Camat Samboja Damsik, dan Camat Samboja Barat Burhanuddin.
Rendi menjelaskan, Pesta Laut Pesisir Nusantara ini dilangsungkan selama tiga hari per 19-21 Mei 2023 di Lapangan Pasar Kuala Samboja.
Gelaran pesta ini dimulai sejak Jumat (19/5/2023), mulai dari seni tari tradisional, ritual injak bara api, hiburan band lokal dan Grup Musik Gambus El Corona yang memviralkan lagu Ikan Dalam Kolam.
“Prosesi paling penting di Pesta Laut Pesisir ialah melarung dan belimbur, ini semacam sedekah laut. Di beberapa kecamatan pesisir yang ada perikanannya semua warganya pasti rata-rata melaksanakan ritual ini,” kata Rendi, Minggu (21/5/2023).
Rendi menambahkan, Pesta Laut Pesisir ini menjadi keyakinan nelayan untuk bisa mendapatkan lebih banyak tangkapan ikan, juga sebagai langkah pengamanan dan keselamatan.
Berbagai agenda pun telah disiapkan untuk memeriahkan Pesta Laut Nelayan Nusantara ini. Band ibu kota Jakarta Tipe-X juga hadir langsung menghibur masyarakat di Samboja.
Adapun acara penutupan dirangkai dengan kegiatan membakar ikan sepanjang 1 kilometer, dilanjut dengan beseprah atau makan bersama dengan diiringi musik dangdut.
“Menariknya bakar ikan ini hasil sumbangan nelayan, yang nyumbang ada 1 kilogram, 2 kilogram, jadi konsep betulungan/gotong royong di sini sangat kental,” pungkas Rendi.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/Int)