Portalborneo.or.id, Tenggarong – Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara berencana mengembangkan komoditas kopi khas Kukar di tiga desa.
Hal itu dilakukan lantaran komoditas kopi terus meunjukkan nilai ekonomis tinggi yang dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Kepala Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara, Muhammad Taufik menyebutkan tiga wilayah desa yang akan menjadi lokus pengembangan.
Di antaranya Desa Pragat Baru Kecamatan Marang Kayu, Desa Cipari Makmur Kecamatan Muara Kaman dan Desa Jonggon Kecamatan Loa Kulu.
“Kami berencana untuk mengembangkan kopi khas Kukar di tiga desa ini,” ujarnya, Senin (15/5/2023).
Menindaklanjuti rencana tersebut, Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara telah mempersiapkan lahan seluas 30 hektare.
Tidak menutup kemungkinan, luasan area pengembangan komoditas kopi akan bertambah seiring dengan keberhasil yang akan dicapai oleh para petani.
“Konsep pengembangan kopi nantinya akan dikelola oleh anak muda,” kata Taufik.
Ia berharap, ke depan semakin banyak komunitas masyarakat yang mengembangkan komoditas tersebut. Apalagi tanah di Kutai Kartanegara sangat cocok ditanami biji kopi.
“Sudah ada sekolah di Kutai Kartanegara yang mulai untuk mengembangkan kopi. Kami harap komoditas ini akan semakin besar,” Imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, potensi kopi luwak di Desa Perangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara kini mulai dilirik dan menjadi komoditas unggulan.
Kopi yang tumbuh di Desa Prangat Baru ini adalah kopi jenis liberika. Sebuah kopi yang berasal dari Liberia, sebuah negara dari Afrika Barat. Kopi jenis ini ternyata tumbuh subur di tanah Kalimantan.
Kepala Desa Perangat Baru, Fitriarti mengatakan, potensi kopi luwak di desanya sangat besar. Satu kilogram kopi luwak bisa mencapai harga Rp 4,5 juta.
Bagi pemerintah desa, sambungnya, kopi menjadi solusi yang bisa diandalkan agar warga tetap mendapat penghasilan.
“Besar harapan kami kopi luwak ini bisa dikembangkan. Kami ajukan gagasan untuk membuat Kampung Kopi Luwak ini menjadi taman liberika yang kedepannya menjadi taman edukasi,” kata Fitriati.
Saat ini ada 50 petani kopi luwak yang berada di luar dari kelompok pertanian Desa Perangat Baru. Namun, baru 2 hektare lahan yang mampu dimaksimalkan secara produktif.
Proses pendampingan bagi warga desa yang menekuni kebun kopi ini pun sudah dilakukan. Pemerintah desa, memastikan akan mengawal kebun kopi ini agar terus berkembang.
Apalagi pasar kopi luwak Desa Perangat sudah tembus hingga ke luar Pulau Kalimantan. Salah satunya memasok kebutuhan Pantai Pandawa Bali di Desa Kutuh.
“Sejauh ini, selain dari pemerintah daerah dan pemerintah desa, beberapa perusahaan juga telah membantu dan mendampingi kelompok tani,” ujar Fitriarti.
Kini, Pemerintah Desa Perangat Baru tengah memperluas kebun kopi bersama warga yang tergabung dalam kelompok tani.
Di lahan 25 hektare, Kampung Kopi Luwak nantinya bisa dikembangkan menjadi salah satu taman rekreasi di Kabupaten Kutai Kartanegara
Fitriarti berharap, untuk menikmati kopi langsung di kebun kopi, warga Kalimantan Timur tidak perlu jauh-jauh ke Malabar, Toraja, atau Aceh.
Di Kukar maupun Kaltim, dengan kehadiran Kampung Kopi Luwak yang berisi Taman liberica, penikmat kopi tak perlu jauh-jauh keluar Pulau Kalimantan.
Hal ini juga menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan pendapatan petani. BUMDes Perangat Baru akan dimaksimalkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).
“Nanti setelah program ini berjalan, akan dikelola oleh BUMDes dan akhirnya akan menjadi PADes,” pungkasnya.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/Int)