Akupedia.id, TENGGARONG – Ketinting, perahu kecil dengan mesin tempel yang gesit, sudah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di sepanjang Sungai Mahakam. Bagi warga Kutai, Kalimantan Timur, ketinting bukan sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol budaya yang melekat erat dengan peradaban Suku Kutai.
Asisten I Setdakab Kutai Kartanegara (Kukar), Akhmad Taufik Hidayat, menegaskan pentingnya pelestarian tradisi tersebut. Hal itu ia sampaikan saat penutupan sekaligus pembagian hadiah lomba balap ketinting di Dermaga Penyeberangan Pulau Kumala, Kamis (25/9/2025).
“Lomba ketinting merupakan wujud komitmen Pemkab Kukar dalam menjaga budaya khas Kutai yang sudah ada sejak lama. Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat terus mencintai warisan budaya daerahnya. Regenerasi harus ada setiap tahun, makanya lomba kategori pemula juga disiapkan,” ujarnya.
Balap ketinting memang sudah menjadi agenda rutin tahunan, selalu hadir bersamaan dengan pesta adat Erau. Selama dua hari pelaksanaan, Sungai Mahakam kembali menjadi magnet perhatian warga. Penonton tumpah ruah memenuhi turapan sungai untuk memberikan dukungan kepada para peserta.
Tahun ini, sebanyak 160 peserta ikut serta dalam perlombaan. Mereka datang dari berbagai daerah, mulai dari Kukar, Berau, Kutai Timur, Kutai Barat, Sangkulirang, hingga Kalimantan Utara. Deru mesin perahu berpadu dengan sorakan penonton menciptakan suasana meriah di sepanjang jalur sungai.
Ajang balap ini menghasilkan juara-juara baru. Deni dari Team Star Naja Anggana berhasil keluar sebagai pemenang di kelas Umum Piston Max 94 MM. Sementara di kelas Umum Piston 75 MM, gelar juara diraih Jum Stevano dari Team Putra Sampurna. Untuk kategori Pemula Piston Max 75 MM, kemenangan diraih Irwan yang juga berasal dari Team Putra Sampurna. (Arf)