TPS3R di Loa Kulu Jadi Solusi Lingkungan Sekaligus Sumber Ekonomi Warga

Akupedia.id, TENGGARONG – Upaya mengatasi persoalan sampah rumah tangga di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, kini semakin nyata dengan adanya Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Program ini bukan hanya berfokus pada pengurangan volume sampah, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh tambahan penghasilan dari hasil pengelolaan limbah.

Konsep TPS3R yang dijalankan pemerintah kecamatan bertujuan mengubah paradigma lama masyarakat yang selama ini menganggap sampah hanya sekadar barang buangan. Dengan sistem ini, sampah dipilah sesuai jenisnya agar bisa dimanfaatkan kembali, baik untuk dijual maupun diolah menjadi produk bernilai.

Baca juga  Lima Rumah dan Satu Yayasan Panti Asuhan As-Salam di Kukar Ludes Terbakar

Nur, warga Loa Kulu, menuturkan bagaimana program ini memberikan dampak langsung bagi keluarganya. Sebelum ada TPS3R, limbah rumah tangga biasanya hanya menumpuk dan dibuang begitu saja. Kini, setiap sampah seperti botol plastik, kertas, hingga kardus dipilah sesuai kategorinya untuk kemudian ditimbang dan dijual.

“Kalau dikumpulkan secara rutin, hasil penjualan sampah bisa mencapai Rp30.000 sampai Rp50.000. Lumayan untuk tambahan belanja rumah tangga,” kata Nur, Jumat (20/6/2025).

Kepala Seksi Pelayanan Umum Pemerintah Kecamatan Loa Kulu, Muhammad Fadli, menjelaskan bahwa TPS3R mulai dibangun pada 2023 dan resmi beroperasi pada 2024. Pengelolaan dilakukan secara terpadu, baik melalui sistem pengangkutan langsung ke rumah-rumah warga maupun kerja sama dengan bank sampah yang ada di desa.

Baca juga  Desa Embalut: Inspirasi Generasi Muda dari Suksesnya Produksi Ikan

“Dari satu bank sampah saja, penghasilan yang diperoleh bisa mencapai Rp1 juta. Ini menunjukkan bahwa sampah bukan lagi sekadar masalah, tetapi juga peluang ekonomi,” ujarnya.

Lebih jauh, Fadli menyampaikan bahwa sebagian besar sampah rumah tangga sebenarnya masih bisa dimanfaatkan kembali. Misalnya, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk untuk mendukung sektor pertanian, sementara limbah tertentu bisa dibakar menjadi abu yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako.

Ia menegaskan, pihak kecamatan berkomitmen terus berinovasi agar sistem pengelolaan sampah bisa semakin efektif, ramah lingkungan, sekaligus memberdayakan masyarakat.

Baca juga  Samsun Sebut RDTR Jaminan IKN Terhindar Dari Degradasi Hutan

“Pengelolaan sampah berbasis TPS3R ini bukan hanya solusi untuk masalah lingkungan, tetapi juga bagian dari strategi meningkatkan ekonomi warga. Dengan inovasi berkelanjutan, kami ingin masyarakat terbiasa melihat sampah sebagai sesuatu yang bernilai,” pungkas Fadli.

Melalui keberadaan TPS3R, Loa Kulu kini memiliki langkah konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan sekaligus membuka jalan menuju ekonomi sirkular. Bagi masyarakat, program ini tidak sekadar menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga memberi peluang nyata untuk menambah pendapatan keluarga. (Adv)

Berita Lainnya