Akupedia.id – Jumlah ponsel aktif di Indonesia kini mencapai 354 juta unit, jauh melampaui total penduduk sekitar 278 juta jiwa. Data tersebut menegaskan tingginya tingkat keterhubungan masyarakat sekaligus menjadi modal besar untuk mendorong transformasi digital nasional.
Presiden Joko Widodo menyebut fenomena ini sebagai peluang emas. Menurutnya, dengan jumlah ponsel aktif yang fantastis dan populasi muda yang terbiasa dengan teknologi, Indonesia punya modal kuat untuk melesat menjadi kekuatan digital baru di Asia bahkan dunia.
“Dengan 354 juta ponsel aktif dan mayoritas generasi muda melek teknologi, kita punya peluang besar untuk menjadi raksasa digital pada 2030,” ujar Jokowi dalam keterangan resmi.
Pemerintah menargetkan nilai ekonomi digital Indonesia dapat menembus Rp5.800 triliun pada 2030, dengan dukungan kuat dari sektor e-commerce, layanan finansial berbasis teknologi (fintech), logistik digital, hingga aplikasi layanan publik.
Wakil Menteri BUMN menambahkan, dalam jangka pendek saja potensi ekonomi digital nasional sudah bisa mencapai Rp1.080 triliun. Namun, ia menekankan pentingnya memperkuat ketahanan digital.
“Ancaman siber tidak boleh dipandang remeh. Keamanan dan perlindungan data menjadi kunci agar ekonomi digital tumbuh berkelanjutan,” tegasnya.
Selain faktor teknologi, bonus demografi juga disebut sebagai penopang utama. Saat ini Indonesia memiliki lebih dari 190 juta penduduk usia produktif, mayoritas merupakan pengguna aktif internet dan ponsel pintar. Generasi muda yang adaptif terhadap teknologi inilah yang diyakini menjadi motor penggerak menuju era ekonomi digital Asia.
Para pengamat menilai, jumlah ponsel aktif yang melampaui jumlah penduduk memberi percepatan pada pemanfaatan layanan digital di berbagai bidang. Mulai dari pendidikan, kesehatan, transportasi, hingga layanan publik, semua sektor terdorong lebih efisien dengan hadirnya teknologi digital.
Namun, peluang besar ini juga diiringi tantangan serius. Infrastruktur internet yang belum merata di seluruh wilayah, rendahnya literasi digital di sebagian masyarakat, serta meningkatnya risiko kejahatan siber menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
“Pertumbuhan ekonomi digital tidak boleh hanya fokus pada angka. Harus ada jaminan keamanan siber, perlindungan data pribadi, serta peningkatan literasi digital bagi masyarakat luas,” ujar seorang pengamat teknologi.
Dengan dukungan kebijakan pemerintah, kesiapan generasi muda, serta ekosistem digital yang terus berkembang, Indonesia optimistis dapat menjelma sebagai raksasa digital pada 2030. Bukan hanya sebagai pasar teknologi, tetapi juga produsen inovasi yang mampu bersaing di kawasan Asia maupun tingkat global. (Arf)
Sumber: Jawapos.com