Tegakkan Budaya Spiritual, DPMD Kukar Targetkan Dua Khataman Al-Qur’an Setiap Tahun

akupedia.id, TENGGARONG – Tidak hanya mengedepankan profesionalisme, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kutai Kartanegara terus membudayakan nilai spiritual dalam lingkungan kerja dengan menargetkan khatam Al-Qur’an dua kali dalam setahun. Melalui program Gerakan Etam Mengaji (GEMA), kegiatan ini tak sekadar menjadi rutinitas, melainkan menjadi pilar pembentukan karakter aparatur yang berintegritas dan religius.

Kepala DPMD Kukar, Arianto, mengungkapkan bahwa pembacaan Al-Qur’an kini telah melekat sebagai kewajiban harian seluruh pegawai, termasuk tenaga kontrak, sebagai bagian dari amanat Perda Nomor 4 Tahun 2021 dan program Dedikasi Kukar Idaman.

Baca juga  Air Bersih untuk Semua, Kukar Targetkan Puluhan Desa Terlayani pada 2025

“Kami menjalankan program ini setiap hari sebagai bentuk komitmen terhadap kebijakan daerah yang mewajibkan seluruh OPD untuk aktif dalam kegiatan keagamaan, khususnya membaca Al-Qur’an,” jelas Arianto, Selasa (06/05).

Untuk menjaga konsistensi, setiap bidang di lingkungan DPMD diberi tanggung jawab membaca lima juz dalam periode enam bulan. Skema ini memungkinkan lembaga menyelesaikan dua kali khataman setiap tahun.

Baca juga  Shania Serap Aspirasi Warga Mugirejo

“Setiap bidang kami beri tanggung jawab membaca lima juz dalam waktu enam bulan. Dengan struktur yang ada, kami bisa menyelesaikan dua kali khatam Al-Qur’an dalam setahun,” terang Arianto.

Kegiatan ini pun didukung dengan sistem pemetaan kemampuan pegawai dalam membaca Al-Qur’an. Bagi yang belum lancar, DPMD menyiapkan pendampingan dari guru ngaji secara berkala agar perkembangan kemampuan dapat dimonitor.

Baca juga  Posyandu Anugrah Resmi Dibuka di Desa Kayu Batu

“Pemetaan ini kami lakukan agar pembinaan tepat sasaran. Mereka yang masih belajar akan mendapat bimbingan rutin, dan hasilnya kami evaluasi secara berkala,” tambahnya.

GEMA menjadi bentuk penguatan kultur kerja yang menyelaraskan profesionalitas dan religiusitas. Arianto meyakini bahwa dengan keseimbangan keduanya, pelayanan publik akan lebih bermakna dan penuh tanggung jawab. (Adv)

Berita Lainnya