Akupedia.id, Kutai Kartanegara – Keberagaman etnis dan budaya di Kutai Kartanegara (Kukar) tidak hanya menjadi ciri khas, tetapi juga menjadi simbol nyata semangat Bhinneka Tunggal Ika. Keberadaan berbagai paguyuban etnis di Kukar dinilai memiliki peran strategis dalam pelestarian budaya serta menjaga keharmonisan sosial antar kelompok masyarakat.
Hal ini diungkapkan oleh Plt. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Awang Ivan Ahmad, yang menegaskan bahwa pihaknya memberikan apresiasi tinggi terhadap eksistensi dan kontribusi berbagai paguyuban yang tersebar di seluruh wilayah Kukar.
“Keberadaan paguyuban-paguyuban etnis di Kukar selama ini kerap kami libatkan dalam berbagai agenda budaya daerah seperti KFBN, Erau, dan lainnya,” ujar Ivan saat diwawancarai, Kamis (19/06/2025).
Ivan menjelaskan bahwa keterlibatan paguyuban tidak hanya sekadar simbolik. Mereka secara rutin berpartisipasi dalam kirab budaya, rangkaian pembuka dari event tahunan Kukar Festival Budaya Nusantara (KFBN), Erau, hingga Sosialisasi Otonomi Ekonomi (SOE) dan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
“Hampir semua paguyuban kita undang untuk tampil di kirab budaya. Setiap paguyuban selalu menampilkan kesenian khas mereka, dan itu yang kami tonjolkan,” jelas Ivan.
Menurutnya, melalui partisipasi dalam kirab budaya, keberagaman budaya ditampilkan dalam satu panggung, mencerminkan semangat hidup berdampingan yang rukun, di tengah perbedaan suku, agama, tradisi, dan budaya. Hal ini juga menjadi ajang edukasi sosial bagi masyarakat untuk memahami toleransi dan kerjasama antar etnis.
Selain itu, Dispar Kukar juga sebelumnya memfasilitasi kegiatan seni budaya yang diinisiasi paguyuban, seperti pertunjukan wayang oleh Ikapakarti, pementasan seni jaranan di Kecamatan Tenggarong Seberang pada 2024, hingga festival ogoh-ogoh beberapa bulan lalu. Namun pada 2025, Ivan menyebutkan, fokus dukungan akan diarahkan pada kirab budaya karena adanya kebijakan efisiensi anggaran.
Keberadaan paguyuban tidak hanya penting untuk pelestarian budaya, tetapi juga menjaga stabilitas sosial. Menurut Ivan, paguyuban menjadi wadah silaturahmi dan penguatan toleransi, sekaligus berperan mencegah potensi konflik antar etnis.
“Alhamdulillah, selama ini di Kukar tidak pernah ada isu SARA atau konflik antar etnis. Paguyuban berperan sebagai pengontrol sosial, mengajarkan nilai saling menghargai dan menghormati,” jelasnya.
Ivan juga menyebut Kukar sebagai miniatur Indonesia, di mana masyarakat dari berbagai suku dan agama hidup berdampingan secara damai. Paguyuban turut memastikan budaya leluhur tetap terjaga, meskipun anggota menetap jauh dari tanah asal mereka.
Dengan semangat kolaborasi lintas budaya yang terus dijaga, Ivan yakin bahwa kebhinekaan di Kutai Kartanegara akan menjadi fondasi kuat bagi kemajuan pariwisata, sekaligus menjadi modal sosial bagi pembangunan masyarakat yang inklusif dan harmonis.