Larangan pemberian pekerjaan rumah (PR) kepada siswa yang digaungkan oleh Dedi Mulyani menuai tantangan tersendiri bagi sekolah dan tenaga pengajar. Dalam konteks ini, sekolah didorong untuk berinovasi dalam mengatur waktu belajar agar seluruh target pembelajaran tercapai tanpa membawa tugas ke rumah.
Dedi menyebutkan bahwa tugas-tugas akademik sebaiknya diselesaikan sepenuhnya di sekolah. Dengan kata lain, guru perlu menyusun strategi pembelajaran yang efisien, mengoptimalkan jam pelajaran, dan mengurangi aktivitas yang tidak mendukung capaian kompetensi inti.
Sebagian guru menyambut baik gagasan ini, namun juga menuntut adanya pelatihan dan dukungan sistematis agar mereka bisa menyesuaikan metode pengajaran. Mereka menyebut bahwa selama ini PR menjadi salah satu cara untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi, sehingga perlu alternatif pengganti yang efektif.
Beberapa sekolah sudah mulai melakukan uji coba dengan menambah sesi belajar kelompok di dalam jam sekolah atau memanfaatkan teknologi pembelajaran berbasis digital untuk evaluasi instan. Langkah ini dipuji karena lebih interaktif dan tidak memberatkan siswa di luar jam pelajaran.
Dengan perubahan ini, harapannya tercipta sistem pendidikan yang tidak hanya menuntut hasil akademik, tetapi juga memperhatikan keseimbangan emosional dan sosial peserta didik. Pemerintah daerah pun diminta untuk turut mengawal implementasi kebijakan ini di satuan pendidikan masing-masing.
Penulis: FebriaDV