Upaya Kukar Melawan TPPO di Kalangan Remaja

Foto: Kepala Bidang Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak (PHP2KH) DP3A Kukar, Marhaini.

Akupedia.id, TENGGARONG – Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi alarm serius bagi semua kalangan. Tak hanya soal angka kejadian yang meningkat, tapi juga tentang bagaimana masalah ini mencerminkan luka sosial yang lebih untuk sebuah ancaman yang tak lagi bisa diabaikan.

Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar, korban TPPO didominasi oleh perempuan dan anak-anak, dengan banyak dari mereka terjebak dalam lingkaran gelap pekerja seks komersial (PSK). Mirisnya, mereka bukan sekadar korban kejahatan, tapi juga korban dari sistem sosial yang gagal melindungi kelompok rentan ini.

Marhaini, Kepala Bidang Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak (PHP2KH) DP3A Kukar, mengungkapkan bahwa faktor ekonomi memainkan peran sentral dalam meningkatnya kasus TPPO. Namun, ada hal lebih besar yang patut diperhatikan seperti tekanan sosial dan gaya hidup.

Baca juga  656 Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan di Kukar, DP3A Gencarkan Edukasi Pencegahan

“Kami melihat ada tekanan ekonomi yang memaksa banyak perempuan untuk mencari penghasilan dengan cara apapun. Tetapi bukan hanya itu, banyak dari mereka yang terjebak karena tuntutan gaya hidup yang tinggi,” jelasnya.

Gaya hidup glamor dan kebutuhan untuk ‘tampil’ di media sosial kerap kali mendorong perempuan muda pada keputusan-keputusan berisiko. Mereka mencari solusi instan untuk mendapatkan uang cepat tanpa memikirkan konsekuensinya.

Di balik angka-angka yang dingin, ada kisah pilu yang harus dihadapi oleh para korban TPPO. Setiap angka merepresentasikan kehidupan yang hancur, masa depan yang tak lagi pasti, dan mimpi yang hilang. Situasi ini menunjukkan bahwa masalah TPPO lebih dari sekadar kejahatan, ini adalah cerminan dari dinamika sosial yang perlu dipahami dengan lebih mendalam.

Baca juga  Program Pelatihan Menjahit yang Mendorong Kemandirian Ekonomi di Kukar

DP3A Kukar pun tak tinggal diam. Mereka berupaya keras mencegah kasus-kasus ini dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, khususnya tingkat SMP dan SMA. Sosialisasi yang mereka lakukan bukan hanya sekadar penyuluhan biasa, tapi juga upaya menyentuh langsung titik rawan: anak-anak muda yang berada pada masa pencarian jati diri, rentan terhadap pengaruh negatif dari luar, baik lingkungan maupun media sosial.

“Kami tidak hanya mengedukasi remaja, tetapi juga melibatkan orang tua. Mereka harus memahami bahwa peran keluarga sangat krusial dalam mencegah anak-anak mereka jatuh ke dalam perangkap TPPO,” jelas Marhaini.

Baca juga  Platform Baru Bagi Perempuan Kukar untuk Mengembangkan Bisnis

Langkah-langkah ini bukanlah solusi instan, namun diharapkan bisa menjadi fondasi kuat untuk melindungi generasi muda dari jerat perdagangan orang. Kolaborasi lintas sektor, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas, menjadi kunci untuk memerangi masalah ini.

Perjuangan melawan TPPO adalah tentang menyelamatkan masa depan ,masa depan perempuan, anak-anak, dan masyarakat secara keseluruhan. Ini bukan lagi soal angka statistik, tapi soal nyawa dan masa depan yang dipertaruhkan. Dengan komitmen penuh dari semua pihak, harapannya angka-angka tersebut tak hanya turun, tapi hilang sepenuhnya.

Penulis : Reihan Noor

Berita Lainnya