Portalborneo.or.id, Samarinda – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda menjabarkan seluruh upaya yang dilakukan demi menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Muhadjir Effendy.
Hal itu dilakukan pada rapat secara virtual di Command Center Diskominfo Samarinda pada Kamis, (16/3/2023). Rapat tersebut juga dihadiri Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim dan 9 kabupaten/kota se-Kaltim lainnya.
Mewakili Pemkot Samarinda, Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongsolah yang menjelaskan capaian dan data terkait stunting dan kemiskinan ekstrem yang telah dihimpun oleh Pemkot Samarinda.
Menurut data timbang (e-ppgbm), Kota Samarinda mengalami penurunan angka bayi balita stunting dari 2021 ke 2022. Di tahun 2021, terdapat 1403 anak balita atau 10,7 persen. Namun di tahun 2022, menurunkan 1907 anak balita atau 9,8 persen.
Namun, terdapat kenaikan angka bayi balita stunting menurut data SSGI. Sebanyak 21,6 persen pada tahun 2021 dan menaik menjadi 25,3 persen pada tahun 2022.
“Saya kira ini justru menjadi semangat kita untuk lebih bekerja keras untuk lebih fokus menangani masalah stunting dan penghapusan kemiskinan. Disatu sisi untuk stunting, tapi disisi lain untuk program penghapusan kemiskinan,”terangnya.
Dengan melihat kunjungan warga ke posyandu meningkat, Pemkot Samarinda lebih optimis dalam menurunkan angka stunting maupun kemiskinan ekstrem.
“Kita fokus ke pendampingan keluarga dan kita perkuat di tingkat kelurahan. Kelurahan harus tahu persis keluarga yang berpotensi stunting dan kemiskinan ekstrem,”tegasnya.
Sedangkan, Menko PMK RI Muhadjir Effendy meminta agar pelaksanaan penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting tidak dilakukan secara terpisah. Karena, kedua hal tersebut merupakan hal yang selinier.
“Hal ini berarti bahwa penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting saling berisian. Menyelesaikan kemiskinan ekstrem juga akan mengurangi stunting,”kuncinya.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/ADV/Sya*)