Akupedia.id, JAKARTA – Kerusuhan yang menyertai aksi unjuk rasa di sejumlah daerah tidak hanya menimbulkan kerusakan fasilitas umum dan kantor pemerintahan, tetapi juga berpotensi memengaruhi perekonomian nasional. Salah satu sektor yang paling rentan terdampak adalah investasi, baik dalam negeri maupun asing.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menegaskan bahwa aksi ricuh bisa mencoreng citra penegakan hukum di Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan stabilitas sosial, politik, serta keamanan yang menjadi salah satu pertimbangan utama investor sebelum menanamkan modal.
“Kalau kantor polisi sampai dibakar, itu memberikan kesan bahwa jaminan keamanan dari negara tidak kuat. Ini tentu bisa membuat investor, terutama asing, ragu untuk masuk, bahkan ada kemungkinan menarik kembali investasinya,” ujar Tauhid kepada detikcom, Selasa (2/9/2025).
Ia menjelaskan, gejolak tersebut kerap berdampak langsung terhadap pasar keuangan. Penarikan dana oleh investor asing biasanya memicu pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan depresiasi nilai tukar rupiah, karena investor menjual rupiah untuk ditukar dengan mata uang lain, seperti dolar.
“Reaksi pasar biasanya yang paling cepat. Saat ada kerusuhan, dana asing keluar dari saham maupun surat utang negara. Akibatnya IHSG turun, rupiah ikut melemah,” jelasnya.
Lebih jauh, Tauhid menilai jika kondisi ini berlangsung berkepanjangan, dampak jangka panjangnya bisa lebih serius. Investor asing cenderung menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha, yang berujung pada terhambatnya penciptaan lapangan kerja baru di Indonesia.
“Investor lokal mungkin masih ada harapan, tapi untuk yang dari luar negeri biasanya memilih wait and see terlebih dahulu,” tegasnya.
Pandangan serupa juga disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal. Ia mengakui bahwa indikator paling cepat yang terlihat akibat kericuhan adalah penurunan IHSG.
“Di pasar keuangan, terutama saham, penurunan memang langsung bisa dilihat. IHSG sempat melemah akibat situasi tersebut,” jelas Faisal.
Namun, ia menambahkan, pengaruh kerusuhan terhadap investasi jangka panjang tidak selalu signifikan. Menurut Faisal, investor asing yang bergerak di sektor riil atau investasi langsung (foreign direct investment/FDI) umumnya tidak hanya menilai insiden sesaat, melainkan lebih fokus pada stabilitas jangka panjang.
“Investor FDI biasanya berpikir panjang. Selama pemerintah bisa cepat meredam kericuhan, saya kira dampaknya tidak terlalu besar,” ujarnya.
Faisal menekankan bahwa kuncinya ada pada respons pemerintah dalam mengendalikan situasi. Jika aksi unjuk rasa bisa dikelola dan tidak berlanjut dengan kerusuhan baru, maka kekhawatiran investor dapat ditekan.
“Walaupun ada perusakan, kalau situasi kembali kondusif dan tidak berulang, saya pikir investor tidak akan terlalu terganggu,” pungkasnya. (Arf)
Sumber: detikfinance